mereka.
5:1.11 (64.2) Manusia fana bisa mendekat pada Tuhan dan bisa berulang kali meninggalkan kehendak ilahi itu sejauh masih tetap ada hak untuk memilih. Kebinasaan akhir manusia belum dimeteraikan sampai ia kehilangan kuasa untuk memilih kehendak Bapa. Tidak pernah hati Bapa tertutup bagi kebutuhan dan permohonan anak-anak-Nya. Hanya memang anak-anak-Nya yang menutup hati mereka selamanya ketika mereka akhirnya dan selamanya kehilangan keinginan untuk melakukan kehendak Bapa, yaitu mengenal Dia dan menjadi seperti Dia. Demikian pula takdir kekal manusia itu dipastikan ketika peleburan dengan Pelaras mengumumkan ke alam semesta, bahwa si manusia yang naik itu telah membuat pilihan final dan tidak bisa dibatalkan lagi, untuk menghidupi kehendak Tuhan.
5:1.12 (64.3) Tuhan yang akbar membuat kontak langsung dengan manusia fana dan memberikan sebagian dari diri-Nya yang tanpa batas dan kekal serta tak terpahami itu, untuk hidup dan tinggal di dalam manusia. Tuhan telah berangkat menempuh petualangan kekal bersama manusia. Bila kamu tunduk pada pimpinan kuasa-kuasa rohani di dalam dan di seputar kamu itu, maka kamu tidak dapat gagal mencapai takdir tinggi yang ditetapkan oleh Tuhan yang pengasih sebagai sasaran alam semesta bagi para makhluk-Nya yang naik dari dunia-dunia evolusioner ruang angkasa.
2. Kehadiran Tuhan
5:2.1 (64.4) Kehadiran fisik dari Yang Tanpa Batas itu adalah realitas alam semesta material. Kehadiran batin dari Deitas harus ditentukan oleh kedalaman pengalaman intelektual perorangan dan oleh tingkatan kepribadian evolusioner. Kehadiran rohani dari Keilahian itu tentu haruslah berbeda-beda dalam alam semesta. Kehadiran itu ditentukan oleh kapasitas rohani untuk penerimaan dan oleh tingkat pengabdian kehendak makhluk itu untuk melakukan kehendak ilahi.
5:2.2 (64.5) Tuhan hidup dalam satu persatu anak-Nya yang dilahirkan roh. Para Putra Firdaus selalu mempunyai akses ke hadirat Tuhan, “di sebelah kanan Bapa,” dan semua kepribadian makhluk-Nya memiliki akses ke “pangkuan Bapa.” Hal ini mengacu ke sirkuit kepribadian, kapan saja, di mana saja, dan bagaimana saja dikontak, atau dengan kata lain memerlukan kontak dan komunikasi yang pribadi, sadar diri, dengan Bapa Semesta, apakah itu di tempat kediaman pusat atau di tempat tertentu lain, seperti di salah satu dari tujuh dunia sakral Firdaus.
5:2.3 (64.6) Namun demikian, hadirat ilahi tidak bisa ditemukan di manapun di alam atau bahkan dalam hidup manusia yang kenal Tuhan dengan begitu penuh dan pasti, dibandingkan seperti dalam upaya komunikasimu dengan Monitor Misteri yang berdiam di dalammu, Pelaras Pikiran dari Firdaus itu. Alangkah salahnya bermimpi tentang Tuhan yang jauh di langit sementara roh Bapa Semesta itu hidup di dalam batinmu sendiri!
5:2.4 (64.7) Karena pecahan Tuhan yang tinggal di dalammu inilah maka kamu bisa berharap, sambil kamu maju terus sesuai pimpinan rohani Pelaras, agar lebih penuh melihat kehadiran dan kekuatan perubahan dari pengaruh-pengaruh rohani lain itu yang mengelilingimu dan bersentuhan denganmu tetapi bukan berfungsi sebagai bagian integral diri kamu. Fakta bahwa kamu secara intelektual tidak menyadari akan kontak dekat dan erat dengan Pelaras di dalam ini sedikitpun bukan berarti bahwa pengalaman mulia ini tidak terbukti. Bukti persekutuan dengan Pelaras ilahi itu terletak sepenuhnya dalam kodrat dan taraf buah-buah roh yang dihasilkan dalam pengalaman hidup pribadi seorang percaya. “Dari buahnya kamu akan mengenal mereka.”
5:2.5 (65.1) Amat sulit bagi pikiran jasmani manusia yang kurang dirohanikan, untuk mengalami kesadaran jelas akan kegiatan roh entitas ilahi seperti Pelaras Firdaus ini. Ketika jiwa yang adalah hasil karya gabungan batin dan Pelaras itu menjadi semakin ada, berkembang juga suatu fase baru kesadaran jiwa yang mampu untuk mengalami kehadiran, dan untuk mengenali pimpinan roh dan kegiatan supramaterial lain, dari Monitor Misteri itu.
5:2.6 (65.2) Seluruh pengalaman persekutuan dengan Pelaras itu adalah sesuatu yang mencakup status moral, motivasi mental, dan pengalaman rohani. Kesadaran diri akan pencapaian seperti itu terutama, walaupun tidak secara eksklusif, terbatas pada wilayah kesadaran jiwa, tetapi bukti-buktinya bermunculan dan berlimpah dalam bentuk manifestasi buah-buah roh dalam hidup semua orang yang melakukan kontak roh batiniah seperti itu.
3. Penyembahan yang Benar
5:3.1 (65.3) Meskipun para Deitas Firdaus, dari sudut pandang alam semesta, adalah satu, namun dalam hubungan rohani mereka dengan makhluk-makhluk seperti penduduk Urantia mereka juga adalah tiga pribadi yang terpisah dan berbeda. Ada perbedaan antara Oknum Trinitas dalam urusan permohonan pribadi, persekutuan, dan hubungan-hubungan erat lainnya. Dalam pengertian tertinggi, kita menyembah Bapa Semesta dan hanya Dia saja. Benar, kita dapat dan memang menyembah Bapa sebagaimana Dia terwujud dalam diri para Putra Pencipta-Nya, tetapi Bapa itulah yang disembah dan diagungkan, baik langsung ataupun tidak langsung.
5:3.2 (65.4) Doa-doa permohonan dari semua jenisnya termasuk pada wilayah Putra Kekal dan organisasi rohani Sang Putra. Doa-doa, semua komunikasi formal, segala sesuatu kecuali pemujaan dan penyembahan pada Bapa Semesta, adalah hal-hal yang berhubungan dengan suatu alam semesta lokal; hal-hal itu umumnya tidak keluar dari wilayah kewenangan Putra Pencipta. Tetapi tak disangsikan lagi penyembahan itu disirkuitkan dan disampaikan kepada pribadi Pencipta oleh fungsi sirkuit kepribadian Bapa. Kami lebih lanjut yakin bahwa penyampaian hormat makhluk yang didiami-Pelaras itu dibantu oleh hadirat roh-Nya Bapa itu. Ada demikian banyak bukti untuk mendukung keyakinan seperti itu, dan aku tahu bahwa semua golongan pecahan Bapa itu diberi kuasa untuk menyampaikan sembah sejati dari subjek manusia mereka itu dengan memuaskan dalam hadirat Bapa Semesta. Tak diragukan lagi Pelaras juga menggunakan kanal-kanal komunikasi prapribadi langsung dengan Tuhan, dan demikian pula mereka mampu memanfaatkan sirkuit gravitasi-roh dari Putra Kekal.
5:3.3 (65.5) Penyembahan itu adalah karena hal itu sendiri berharga untuk dilakukan; doa mengandung unsur kepentingan diri atau makhluk; itulah dia perbedaan besar antara penyembahan dan doa. Dalam penyembahan yang sejati sama sekali tidak ada permohonan diri atau unsur kepentingan pribadi yang lain; kita semata-mata menyembah Tuhan karena apa yang kita pahami tentang Dia. Penyembahan tidak memohonkan apapun dan tidak mengharapkan apapun bagi si penyembah. Kita tidak menyembah Bapa karena apapun yang akan kita peroleh dari pengagungan itu; kita menghaturkan hormat dan sembah sebagai reaksi alami dan spontan pada kepribadian Bapa yang tiada duanya dan karena kodrat-Nya yang patut dikasihi dan sifat-sifat-Nya yang layak dikagumi.
5:3.4 (65.6) Pada saat unsur kepentingan diri menyusup masuk ke dalam penyembahan, seketika itu juga ibadah itu berpindah dari penyembahan kepada doa, dan lebih tepatnya harus ditujukan kepada pribadi Putra Kekal atau Putra Pencipta. Tetapi dalam pengalaman keagamaan praktis tidak ada alasan bahwa doa tidak ditujukan kepada Tuhan Sang Bapa sebagai bagian dari penyembahan yang sejati.
5:3.5 (66.1) Ketika kamu berurusan dengan hal-hal praktis hidupmu sehari-hari, kamu berada di tangan kepribadian-kepribadian roh yang berasal dari Sumber dan Pusat Ketiga; kamu bekerjasama dengan agen-agen dari Pelaku Bersama. Maka demikianlah: kamu menyembah Tuhan; berdoa, dan bersekutu dengan, Sang Putra; serta melaksanakan rincian-rincian perjalananmu di bumi dalam hubungan dengan kecerdasan-kecerdasan Roh Tanpa Batas yang beroperasi di duniamu dan di seluruh alam semestamu.
5:3.6 (66.2) Para Putra Pencipta atau Putra Daulat yang berkuasa atas takdir alam-alam semesta lokal itu berdiri di tempat Bapa Semesta maupun Putra Kekal Firdaus. Dalam nama Bapa, para Putra Alam Semesta ini menerima sembah hormat dan mendengarkan doa permohonan makhluk-makhluk di dalam alam ciptaan mereka masing-masing. Bagi anak-anak alam semesta lokal, untuk semua maksud dan tujuan praktis, sosok Putra Mikhael itu adalah Tuhan. Dialah personifikasi alam semesta lokal dari Bapa Semesta dan Putra Kekal. Roh Tanpa Batas menjaga kontak pribadi dengan anak-anak di alam-alam ini melalui Roh-roh Alam Semesta, yaitu rekan-rekan administratif dan kreatif para Putra Pencipta Firdaus.
5:3.7 (66.3) Penyembahan yang tulus mengandung arti mobilisasi semua kuasa dari kepribadian manusia di bawah dominasi jiwa yang berkembang itu dan tunduk pada pengarahan ilahi dari Pelaras Pikiran. Batin dengan keterbatasan-keterbatasan jasmani itu tidak pernah menjadi sangat sadar akan makna sesungguhnya dari penyembahan yang sejati. Kesadaran manusia tentang realitas pengalaman penyembahan itu terutama ditentukan oleh status jiwa bakanya yang berkembang. Pertumbuhan rohani jiwa itu berlangsung sepenuhnya independen dari kesadaran diri intelektual.
5:3.8 (66.4) Pengalaman penyembahan terdiri dalam upaya mendalam dari Pelaras yang dipertunangkan