dapat dimengerti hanya dalam hubungannya dengan kepribadian. Hanya suatu pribadi yang dapat mengasihi dan dikasihi. Bahkan keindahan dan kebenaran akan terpisah dari harapan keselamatan bila hal-hal tersebut bukan sifat-sifat dari Tuhan yang berpribadi, Bapa yang pengasih.
1:7.4 (31.4) Kita tidak dapat sepenuhnya mengetahui bagaimana Tuhan dapat menjadi yang perdana, tidak berubah, mahakuasa, dan sempurna, sedangkan pada saat yang sama Dia dikelilingi oleh alam semesta yang selalu berubah dan tampaknya dibatasi oleh hukum, suatu alam semesta ketidak-sempurnaan relatif yang berkembang. Namun kita dapat mengetahui kebenaran seperti itu dalam pengalaman pribadi kita sendiri karena kita semua memelihara identitas kepribadian dan kesatuan kehendak kendatipun diri kita sendiri maupun lingkungan kita terus berubah.
1:7.5 (31.5) Realitas alam semesta yang paling mendasar tidak dapat dipahami oleh matematika, logika, atau filsafat, tapi hanya oleh pengalaman pribadi dalam kesesuaian progresif pada kehendak ilahi Tuhan yang berpribadi. Ilmu pengetahuan, filsafat, atau pun teologi tidak dapat memvalidasi kepribadian Tuhan. Hanya pengalaman pribadi anak-anak iman dari Bapa surgawi itulah yang dapat menghasilkan kesadaran rohani nyata tentang kepribadian Tuhan.
1:7.6 (31.6) Konsep-konsep yang lebih tinggi mengenai kepribadian alam semesta menunjukkan adanya: identitas, kesadaran diri, kehendak diri, dan kemungkinan untuk pewahyuan diri. Karakteristik-karakteristik ini lebih jauh mengartikan adanya hubungan persekutuan dengan kepribadian-kepribadian yang lain dan setara, seperti yang ada dalam asosiasi-asosiasi kepribadian para Deitas Firdaus. Dan kesatuan mutlak dari asosiasi-asosiasi ini adalah begitu sempurna sehingga keilahian menjadi dikenal oleh ketidak-terbagian, oleh keesaan. “Tuhan Allah itu Esa.” Ketidak-terbagian kepribadian itu tidak merintangi Tuhan menganugerahkan roh-Nya untuk hidup dalam hati manusia fana. Ketidak-terbagian kepribadian seorang ayah manusiawi itu tidak mencegah reproduksi anak lelaki dan perempuan.
1:7.7 (31.7) Konsep ketidak-terbagian ini dalam hubungannya dengan konsep kesatuan mengandung arti transendensi ruang maupun waktu oleh Ultimasi Deitas; sebab itu baik ruang maupun waktu tidak dapat menjadi absolut atau tanpa batas. Sumber dan Pusat Pertama adalah ketanpa-batasan itu yang secara tanpa perkecualian melampaui semua batin, semua materi, dan semua roh.
1:7.8 (31.8) Fakta mengenai Trinitas Firdaus sama sekali tidak melanggar kebenaran tentang kesatuan ilahi. Ketiga kepribadian Deitas Firdaus itu adalah sebagai satu, dalam semua reaksi realitas alam semesta dan dalam semua hubungan dengan makhluk. Eksistensi ketiga pribadi kekal ini juga tidak melanggar kebenaran tentang ketidak-terbagian Deitas. Aku sepenuhnya sadar bahwa tidak ada bahasa yang aku bisa pakai memadai untuk menjelaskan pada pikiran manusia fana bagaimana kami memandang masalah-masalah alam semesta ini. Namun kamu tidak perlu berkecil hati; tidak semua hal-hal ini sepenuhnya jelas bahkan bagi kepribadian-kepribadian tinggi yang termasuk sosok-sosok Firdaus dalam kelompokku. Ingatlah selalu bahwa kebenaran-kebenaran yang mendalam mengenai Deitas ini akan semakin menjadi jelas sementara batinmu semakin dirohanikan secara progresif selama era-era berikutnya dalam perjalanan panjang kenaikan manusia fana ke Firdaus.
1:7.9 (32.1) (Disampaikan oleh sesosok Konselor Ilahi, anggota dari kelompok kepribadian selestial yang ditunjuk oleh Yang Purba Harinya dari Uversa, ibukota alam semesta super ketujuh, untuk mensupervisi bagian-bagian dari pewahyuan mendatang ini yang berhubungan dengan urusan-urusan di luar batas-batas alam semesta lokal Nebadon. Aku ditugasi untuk mensponsori makalah-makalah yang menggambarkan kodrat dan sifat Tuhan karena aku merupakan sumber informasi tertinggi yang tersedia untuk tujuan tersebut pada suatu dunia yang dihuni. Aku telah melayani sebagai Konselor Ilahi dalam semua tujuh alam semesta super dan telah lama bertempat tinggal di Firdaus pusat dari segala sesuatu. Banyak kali sudah aku menikmati kenikmatan tertinggi tinggal dalam hadirat pribadi langsung Bapa Semesta. Aku menggambarkan realitas dan kebenaran mengenai kodrat dan sifat Bapa dengan wewenang yang tidak diragukan; aku tahu tentang apa yang aku bicarakan).
Buku Urantia
<< Makalah 1 | Judul | Kandungan | Makalah 3 >>
Makalah 2
Kodrat Tuhan
2:0.1 (33.1) BERHUBUNG konsep tertingginya manusia yang mungkin mengenai Tuhan itu tercakup di dalam ide dan ideal manusia tentang sesosok kepribadian yang utama dan tanpa batas, maka diperbolehkan, dan mungkin terbukti bermanfaat, untuk mempelajari ciri-ciri tertentu tentang kodrat ilahi yang membentuk karakter Deitas. Kodrat (seperti apa sebenarnya) Tuhan itu paling dapat dimengerti melalui pewahyuan tentang Bapa yang diwahyukan oleh Mikhael Nebadon dalam berbagai ajarannya dan dalam kehidupan manusiawinya yang hebat dalam badan daging. Kodrat ilahi itu dapat juga lebih dimengerti oleh manusia jika ia menganggap dirinya sebagai anak Tuhan dan memandang Pencipta Firdaus itu sebagai Bapa rohani yang sejati.
2:0.2 (33.2) Seperti apa kodrat Tuhan itu dapat dipelajari dalam suatu pewahyuan tentang ide-ide tertinggi, karakter ilahi itu dapat dibayangkan sebagai suatu penggambaran ideal-ideal yang luhur, namun yang paling menerangi dan bermanfaat secara rohani dari antara semua pewahyuan mengenai kodrat ilahi itu dapat ditemukan dalam pemahaman tentang kehidupan keagamaan Yesus Nazaret, baik sebelum maupun sesudah pencapaian kesadaran penuh tentang keilahiannya. Jika hidup penjelmaan Mikhael itu diambil sebagai latar belakang pewahyuan Tuhan kepada manusia, kita bisa mencoba untuk menguraikan dalam lambang-lambang kata manusia beberapa ide dan ideal tertentu mengenai kodrat ilahi yang mungkin bisa membantu pencerahan dan penyatuan lebih lanjut konsep manusia mengenai kodrat dan karakter kepribadian Bapa Semesta.
2:0.3 (33.3) Dalam semua usaha kami untuk memperluas dan merohanikan konsep manusia mengenai Tuhan, kami sangat terhambat oleh terbatasnya kapasitas batin manusia fana. Kami juga terkendala serius dalam pelaksanaan penugasan kami oleh keterbatasan bahasa dan oleh kemiskinan bahan baku yang dapat digunakan untuk tujuan ilustrasi atau perbandingan dalam upaya kami untuk melukiskan nilai-nilai ilahi dan untuk menyajikan makna-makna rohani kepada batin manusia yang terbatas dan fana itu. Semua usaha kami untuk memperluas konsep manusia mengenai Tuhan akan nyaris sia-sia kalau saja bukan karena fakta bahwa batin manusia itu didiami oleh Pelaras, roh yang dianugerahkan Bapa Semesta itu, dan diliputi oleh Roh Kebenaran dari Putra Pencipta. Karena itu, dengan bergantung pada kehadiran roh-roh ilahi di dalam hati manusia inilah untuk dukungan dalam perluasan konsep mengenai Tuhan, maka aku dengan gembira melaksanakan amanat yang aku terima untuk upaya penggambaran lebih lanjut mengenai kodrat Tuhan kepada pikiran manusia.
1. Ketanpa-batasan Tuhan
2:1.1 (33.4) “Yang Tanpa Batas, yang tidak dapat kita pahami. Jejak-Mu tidak kelihatan.” “Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga.” Terang menyilaukan dari hadirat Bapa itu demikian rupa sehingga kepada makhluk-makhluk-Nya yang rendahan Dia tampaknya “memutuskan untuk diam dalam kekelaman.” Bukan hanya pemikiran dan rencana-Nya tak dapat diketahui, namun “Dia melakukan hal-hal yang besar dan yang tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya.” “Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahun-Nya tidak dapat diselidiki.” “Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya, bahkan langit (alam semesta) yang mengatasi segala langit (alam semesta segala alam-alam semesta) pun tidak dapat memuat Dia.” “Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!”
2:1.2 (34.1) “Hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup.” “Pencipta ilahi itu juga Pemusnah Semesta, sumber dan tujuan akhir jiwa-jiwa. Dia adalah Jiwa Tertinggi, Batin Utama, dan Roh Tak Terbatas semua ciptaan.” “Sang Pengendali agung tidak pernah berbuat salah. Dia cemerlang dalam keagungan dan kemuliaan.” “Tuhan Sang Pencipta itu sepenuhnya tanpa takut dan benci. Dia itu baka, kekal, ada sendiri, ilahi, dan pemurah.” “Betapa murni dan indahnya, betapa dalam dan